Mindset merupakan hal yang terpenting dari tiap individu. Termasuk di dalamnya adalah keyakinan/iman seseorang terhadap agama tertentu. Setiap inividu, secara fisik adalah sama -tentu saja dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing- walaupun ada perbedaan. Yakinlah bahwa setiap insan merupakan ciptaan Allah yang sempurna. "Laqod kholaqnal insaana fi ahsan taqwim" (Sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia dalam bentu yang sebaik-baiknya. - QS AT Tin : 4). Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur kepada-Nya.
Lalu, kenapa setiap individu berbeda-beda? Jawabnya adalah karena mindsetnya berbeda. Mereka punya cara pandang yang berbeda. Misal kita katakan 'Mobil'. Maka yang terbesit di tiap orang akan berbeda. MIsal ada yang bilang harga sekian, ada yang bilang kemewahan, bahkan ada yang langsung membayangkan moil tertentu tanpa diminta.
Apa kaitannya antara mindset dengan usaha saya? Sebelumnya saya cerita sedikit tentang latar belakang saya. Mulai tahun 2003 akhir, saya bekerja di Sumatera Selatan. Adalah cita-cita saya sejak dulu punya usaha di Jawa. Jadi, saya punya pandangan jika ingin punya usaha di jawa ya sejak awal usahanya di Jawa. Suati saat kembali ke Jawa semua tim dan usaha sudah terbentuk, saya tinggal mengelola lebih intensif. Karena saya berada di Sumatra jadi secara otmatis saya hanya berperan sebagai investor. Dari perusahaan tinta di jakarta yang kemudian pindah ke Solo, Angkutan mobil, Grosir Sepatu di Tanah Abang yang saat ini tutup dan banting stir ke Kue Browniz di Surabaya yang alhamdulilah sudah mulai berkembang.
Tapi semuanya adalah sebagai investor, bukan saya sendiri yang menjalankannya. Jadi terus terang saya tidak bisa menyalahkan kalau usahanya gagal dan saya pun tidak puas kalau usahanya berhasil.
Adalah Istri tercinta yang kemudian menyadarkan. "Kalau pingin usaha ya dipegang sendiri saja. Biar kita tahu suka dukanya usaha. Juga kalau gagal kita yang bisa ambil pelajaran sehingga kita yang pinter". Kemudian membaca juga tulisan dari teman2 TDA bahwa level terendah pengusaha adalah Mastery. Jadi, saya harus menjadi master di bidang usaha saya terlebih dahulu sebelum bisa beranjak ke level berikutnya.
Jika kita sudah master di salah satu bentuk usaha, maka pindah usaha ke bidang yang lain akan mudah. Seperti istilah "Man behind the gun". Jadi, yang terpenting adalah 'man' nya... Skill kita harus bagus....
Jadi dengan adanya perubahan mind saya, tentu saja berpengaruh strategi usaha saya. Beberapa plan usaha saya di Jogja seperti pabrik tahu -Yang Alhamdulillah sebetulnya sudah mendapat dukungan salah seorang pimpinan pondok pesantren di Jogjakarta- terpaksa saya pending dulu. Yang penting paln usaha sudah ada. Termasuk bagaimana cara meltih karyawan dan sistem pemasarannya.
Karena fokus untuk mastery tersebut, yang sedang saat ini saya usahakan adalah mempunyai usaha di Duri, dekat tempat tinggal saya saat ini. Karena status saya yang pendatang baru (sekitar 6 bulan), tentunya akan lebih baik jika saya menjalankan usaha bersama dengan penduduk Duri yang sudah lama tinggal di sini. Kenapa? Tentunya ada sudut pandang peluang usaha berbeda bagi orang baru dan orang yang sudah lama tinggal di suatu tempat. Apalagi jika penduduk yang sudah lama tinggal tersebut juga sudah lama menjalankan usahanya.
Saat ini yang ada di benak saya adalah mencari peluang yang bisa dijalankan di DUri-Riau. Mudah-mudahan bisa diraih dalam waktu dekat, sehingga saya juga bisa sharing kepada teman-teman semua. Insya Alah semuanya dapat kami raih. Amin
0 comments:
Post a Comment