Temans, ada hikmah menarik jika kita mencermati perkembangan ulat dari telur sampai menjadi kupu-kupu. Tentu saja termasuk hikmah kepompong di dalamnya yang sudah sering kita dengar.
Pertama kali ada di dunia, mereka terlahir sebagai telur. Ini adalah makhluk yang tidak (atau lebih tepatnya "belum") bernyawa. Ia hanya terdiam, namun beberapa saat kemudian ia menetas menjadi ulat. Konon ulat adalah musuh manusia dengan keserakahannya melahap dedaunan. Namun jika kita melihat dari kacamata ulat, tentu kita akan berkata lain. Ia adalah binatang yang tekun. Dengan jeda waktu yang ada ia harus menggemukkan badan sehingga punya cadangan makanan untuk fase berikutnya. Hingga saatnya tiba, ia harus bertapa dengan bekal makanan tadi menjadi kepompong. Di bandingkan lama hidupnya, fase kepompong menempati waktu yang lumayan lama. Hampir sama dengan waktu hidupnya menjadi ulat.
Saat menjadi kepompong ia benar-benar berada dalam diam, dan dalam waktu bersamaan tubuhnya berubah perlahan-lahan. Saat waktunya tiba, ia akan keluar menjadi kupu-kupu. Saat keluar pun membutuhkan perjuangan yang tidak mudah, mungkin kita akan merasa kasihan melihatnya. Jangan dibantu ia keluar dari kepompong kecuali jika Anda menginginkan ia tidak bisa terbang dan mempunyai sayap yang berkerut. Ya benar. Tidak bisa terbang. Karena saat ia keluar dari kepompong melalui lubang yang sempit maka saat bersamaan ia juga menegakkan sayapnya.
Setelah keluar dari kepompong, ia menjadi kupu-kupu yang mempesona. Kita pun lupa bahwa dulu kita pernah merasa jijik dan membencinya saat ia berupa ulat.
Teman, ada yang menarik dari fase kupu-kupu ini: dia berada dalam keadaan dorman (diam) dalam bentuk telur dan kepompong. Dia pun berbentuk makhluk yang aktif dalam 2 fase: ulat dan kupu-kupu, suatu makhluk yang kontras.
Mana yang paling menarik dari keempatnya? Tentu jawabannya kupu-kupu, selain indah, dia juga berguna bagi bunga untuk membantu penyerbukan. Jika saat fase ulat adalah binatang yang 'rakus', maka fase kupu-kupu adalah saat ia berguna bagi makhluk lainnya.
Jika dihubungkan dengan kehidupan manusia, hampir mirip. Walaupun manusia hakikatnya hanya berujud sama, kecuali tambah besar saja…
Sebelumnya, kita hanyalah makhluk yang tidak bernyawa sampai umur 3 bulan 10 hari. Saat usia cukup di kandungan, kemudian kita terlahir ke dunia. Kemudian, menjadi Seorang anak manusia yang 'rakus' melahap apa saja. Tapi sayang kebanyakan manusia hanya berhenti sampai di sini saja fasenya. Ia tidak belajar dari kehidupan. Ia merasa hidup ini susah, sehingga ia berhenti sampai di sini. Makanya, bener saja apa yang ia katakan: "hidupnya susah".
Fase ini adalah fase yang harus dilalui bagi setiap insan, saat untuk bekerja keras, belajar dan terus belajar untuk menggapai hidup yang lebih baik. Dari sini kelak akan terlihat macam kupu-kupu apa jadinya?
Sebagian lagi, belajar dari kehidupan, kemudian introspeksi diri atau mengambil hikmah dari kehidupannya dan sekelilingnya dengan merenungkannya, kemudian ia menjadi pribadi yang lebih baik dengan menahan diri terhadap nafsu, berbuat baik terhadap sesama, termasuk belajar dari kesalahan yang ada.
Jika setiap insan mampu melewati fase ini, ia akan terlahir kembali sebagai manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Manusia yang kehadirannya dirindukan oleh makhluk lain, baik manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Akhirnya ada sedikit ungkapan untuk pelajaran kita:
Jika kita merenung terdiam sebelum bekerja keras, berarti kita masih menjadi telur. Esok kita akan terbangun menjadi ulat: kita masih harus bekerja keras.
Jika kita merenung terdiam setelah bekerja keras, semoga saja saat ini kita sedang menjadi kepompong, semoga esok kita menjadi kupu-kupu yang berguna yang kehadirannya dinanti-nanti makhluk yang lain
Jika "terdiam", Terdiam di mana kita saat ini? Ulat atau kepompong?
Semoga kita menjadi yang baik. Dan menjadi lebih baik